Jupri Abdullah : Orang Nekat
Ada yang pernah pesan
kepada saya. Kabarnya dia dulunya seorang pencuri kayu di hutan
Kalimantan. Katanya, orang kaya hebat. Tapi orang pintar lebih hebat karena
orang kaya kalah melawan orang pintar. Masih ada lagi ternyata. Yang lebih
hebat dari keduanya adalah orang nekad. Orang kaya dan orang pintar, keok kalau berhadapan
dengan orang nekad.
Nah, bagi saya, Jupri Abdullah adalah orang nekad. Sebagai wartawan, dia adalah wartawan yang nekad. Lalu kemudian, sebagai pelukis, Jupri adalah pelukis yang nekad pula. Sebetulnya bukan bikin lukisan paling kecil tentang Obama yang membuat Jupri saya sebut pelukis nekad. Juga bukan rekor-rekor Muri yang sudah, sedang dan akan dipecahkannya dalam dunia seni rupa.
Bagi saya, kenekadan Jupri sebagai pelukis justru terletak event-event lukisan yang kerap diselenggarakannya. Jupri bisa mengundang siapapun, bukan cuma kalangan seniman, bahkan politisi untuk datang pada acara yang dia sendiri belum tahu akan ada duit apa tidak buat melaksanakan acara itu. Tak jarang sampai acara pembukaan akan berlangsung, duit juga belum ada. Politisi ibukota bisa datang ke acara-acarayang diselenggarakan Jupri di pelosok.
Karya-karya seni rupa Jupri yang bagi saya dekat atau mencerminkan keliaran serta kenekadan Jupri antara lain Permisi Pak Affandi, Keluarga Obama dan Bakso Obama. Yang lain-lain, seperti The Master dan Sang Orator, bukannya tidak mengungkapkan keliaran Jupri, tapi pada dua karya tersebut keliarannya lebih dielus-eluskan dan dibungkus oleh kecenderungan pengin berintektual-ria.
Selamat buat Jupri,
Nah, bagi saya, Jupri Abdullah adalah orang nekad. Sebagai wartawan, dia adalah wartawan yang nekad. Lalu kemudian, sebagai pelukis, Jupri adalah pelukis yang nekad pula. Sebetulnya bukan bikin lukisan paling kecil tentang Obama yang membuat Jupri saya sebut pelukis nekad. Juga bukan rekor-rekor Muri yang sudah, sedang dan akan dipecahkannya dalam dunia seni rupa.
Bagi saya, kenekadan Jupri sebagai pelukis justru terletak event-event lukisan yang kerap diselenggarakannya. Jupri bisa mengundang siapapun, bukan cuma kalangan seniman, bahkan politisi untuk datang pada acara yang dia sendiri belum tahu akan ada duit apa tidak buat melaksanakan acara itu. Tak jarang sampai acara pembukaan akan berlangsung, duit juga belum ada. Politisi ibukota bisa datang ke acara-acarayang diselenggarakan Jupri di pelosok.
Karya-karya seni rupa Jupri yang bagi saya dekat atau mencerminkan keliaran serta kenekadan Jupri antara lain Permisi Pak Affandi, Keluarga Obama dan Bakso Obama. Yang lain-lain, seperti The Master dan Sang Orator, bukannya tidak mengungkapkan keliaran Jupri, tapi pada dua karya tersebut keliarannya lebih dielus-eluskan dan dibungkus oleh kecenderungan pengin berintektual-ria.
Selamat buat Jupri,
Sujiwo Tejo
Jakarta, Maret 2010